Ummu Kultsum adalah puteri ketiga Rasulullah Saw., tepatnya adik Ruqayyah. Pernikahan pertama Ummu Kultsum terjadi dengan Utaibah bin Abu Lahab yang merupakan saudara Utbah yang telah menikahi kakaknya, Ruqayyah. Utbah pun adalah anak laki-laki Abu Lahab.
Pernikahan Ummu Kultsum dengan Utbah berlangsung sebelum Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul. Ini artinya, ia belum mengenal Islam. Lalu, ketika ia mengetahui ayahnya telah diangkat menjadi Rasul, Ummu Kultsum, ibundanya dan saudara-saudaranya segera memeluk Islam dengan lapang dada dan kesungguhan iman.
Akan tetapi, kerasulan Muhammad selalu mendapat rintangan dari Abu Lahab dan keluarganya, juga dari sebagian kaum Quraisy. Maka, yang terjadi pada Ummu Kultsum adalah sama seperti Ruqayyah, yang sama-sama menjadi menantu Abu Lahab.
Suami Ummu Kultsum, Utaibah pun segera menceraikannya begitu saja hanya karena perkataan Abu Lahab kepada kedua puteranya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan anak Muhammad.”
Selain sikapnya telah menyakitkan hati Rasulullah Saw. dengan menceraikan kedua puterinya Ummu Kultsum dan Ruqayyah, Utaibah pernah mendatangi Rasulullah Saw. Di hadapan beliau, Utaibah mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati.
Atas perlakuan Utaibah, maka Rasulullah Saw. berdoa agar mengirimkan kekuasaan-Nya untuk membinasakan Utaibah. Maka, pada suatu hari doa beliau dikabulkan oleh Allah.
Dalam suatu perjalanan, seekor singa ganas telah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan sangat mengenaskan.
Setelah bercerai dari Utaibah, Ummu Kultsum kembali tinggal bersama ayahnya di Makkah. Ia pun ikut hijrah ke Madinah bersama ayah dan adik perempuannya, Fatimah.
Ummu Kultsum dan Ruqayyah adalah dua bersaudara yang memiliki perjalanan hidup hampir sama. Keduanya masuk Islam pada hari yang sama, bercerai di hari yang sama dan setelah perceraian itu. Mereka juga mempunyai suami yang sama, meskipun berbeda waktu.
Setelah Ruqayyah wafat, maka kemudian Rasulullah menikahkan suami Ruqayyah, yaitu Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum. Ketika itu, Utsman bin Affan menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan, meski merupakan janda dari Utaibah. Karena ia belum terjamah oleh mantan suaminya itu.
Dalam pernikahan keduanya itu, Ummu Kultsum hidup bahagia dengan suaminya sampai ia wafat. Dari pernikahan itu mereka tidak mendapatkan seorang pun anak.
Ummu Kultsum wafat pada bulan Syaban tahun ke-9 hijrah. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib, lalu ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru ditebang.
Pada saat pemakamannya, Rasulullah Saw. duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinang air mata.
Beliau berkata, “Siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam?”
Abu Thalhah berkata, “Aku, ya Rasululllah.”
Lalu, beliau menyuruhnya, “Turunlah kamu.”
Abu Thalhah pun turun ke dalam liang lahat dan menguburkan Ummu Kultsum. Maka dengan dipilihnya Abu Thalhah, seorang yang tidak junub pada waktu sebelumnya, kesucian Ummu Kultsum dijaga oleh Rasulullah hingga jenazahnya tertimbun tanah
والله أعلم بالصوب